Pondok969 – Teflon Anti-lengket Ternyata Bisa Sebabkan Penyakit Mematikan, Simak Faktanya!

closeup of fresh eggs breakfast

Bunda suka masak dengan teflon anti-lengket? Ternyata bisa sebabkan penyakit lho. Mari simak faktanya, Bunda.

Selama bertahun-tahun, panci dan wajan anti-lengket berbahan teflon menjadi andalan di dapur rumah tangga karena kemudahannya dalam memasak serta mencuci. Namun di balik kepraktisannya, muncul kekhawatiran serius soal bahaya kesehatan dari bahan kimia yang digunakan dalam lapisan anti-lengket tersebut.

Studi terbaru bahkan menunjukkan bahwa bahan kimia dalam teflon bisa berdampak buruk pada kesuburan dan berisiko menyebabkan penyakit mematikan jika terpapar dalam jangka panjang. Penelitian yang dilakukan terhadap lebih dari 1.000 perempuan di Singapura mengungkapkan bahwa perempuan dengan kadar tinggi bahan kimia ‘forever chemicals‘ dalam darahnya 40 persen lebih kecil kemungkinan untuk hamil dalam waktu satu tahun.

Peserta studi 34 persen lebih kecil kemungkinan melahirkan bayi hidup di tahun yang sama. Zat yang disebut-sebut sebagai ‘forever chemicals‘ ini, termasuk dalam golongan PFAS (per- and polyfluoroalkyl substances), sangat sulit terurai dalam tubuh manusia maupun lingkungan.




Salah satu peneliti, Jerry Chan dari KK Women’s and Children’s Hospital, menyampaikan bahwa meskipun kadar bahan kimia yang ditemukan di tubuh para perempuan tersebut tergolong rendah dibandingkan negara lain, namun dampaknya tetap signifikan terhadap kesuburan.

“Itu hanya sekitar sepersepuluh dari itu jika dibandingkan dengan, katakanlah, Amerika Serikat, Norwegia atau bahkan Cina, namun kami dapat menentukan dampak negatifnya pada kesuburan,” ujar Jerry dilansir dari Channel News Asia.

Jerry menyarankan agar Bunda yang sedang merencanakan kehamilan menghindari paparan bahan kimia ini, termasuk dari penggunaan alat masak anti-lengket berbahan teflon. Yuk bahas lebih lanjut mengenai penggunaan teflon anti-lengket yang bisa berdampak pada kesehatan.

Apa sebenarnya bahan dasar teflon anti-lengket?

Lapisan anti-lengket yang dominan di pasaran umumnya dibuat dari bahan bernama polytetrafluoroethylene (PTFE), lebih dikenal dengan nama dagang teflon. Untuk menghasilkan permukaan yang licin dan tidak lengket, produsen juga menambahkan bahan kimia lain seperti PFOA (perfluorooctanoic acid) yang dahulu sempat marak digunakan.

PFOA sendiri sempat dikaitkan dengan risiko kanker dan masalah kesehatan lainnya sehingga penggunaannya mulai dihentikan sejak 2015. Namun kini PFOA digantikan oleh GenX, bahan yang masih berasal dari keluarga PFAS dan memiliki struktur kimia hampir sama.

Menurut pakar kimia dari National University of Singapore (NUS), Prof. Tong Yen Wah, GenX secara teori memiliki efek kesehatan yang serupa dengan PFOA, termasuk potensi bahayanya. GenX dan PFAS bisa berpindah ke makanan jika wajan dipanaskan di atas 250°C atau ketika permukaannya tergores.

“Dalam memasak normal, hal itu tidak akan terjadi karena kita biasanya memasak pada suhu antara 150 hingga 200 derajat. Namun hal itu tetap berisiko. Begitu pula ketika ada goresan besar dan dalam, yang terjadi adalah Anda menciptakan semua alur ini,” ujar Prof. Tong Yen Wah.

Sayangnya, sebagian besar pengguna rumah tangga tidak menyadari bahwa kerusakan kecil pada lapisan teflon bisa meningkatkan risiko pelepasan bahan kimia ini ke dalam makanan.

Risiko dan dampak kesehatan teflon dalam jangka panjang

Yang perlu dikhawatirkan bukan hanya paparan sesaat, melainkan akumulasi jangka panjang. Eric Chan, ilmuwan farmasi dari NUS, mengungkapkan bahwa paparan bahan kimia seperti PFAS dalam dosis kecil namun terus-menerus bisa menumpuk di dalam tubuh.

Pada akhirnya bisa mencapai ambang toksik. Dampaknya bisa sangat serius, mulai dari kerusakan organ, gangguan hormon, penyakit tiroid, hingga kanker.

“Yang kami khawatirkan adalah paparan kronis. Ketika paparannya rendah tapi bahan kimia itu tetap berada di dalam tubuh kita untuk waktu yang lama hingga terakumulasi secara bertahap. Ketika mencapai tingkat racun minimum, bahan kimia itu dapat menyebabkan kerusakan pada organ. Dalam beberapa kasus bahkan dapat menyebabkan kanker,” ujar Eric.

PFAS juga ditemukan tidak hanya dalam alat masak tapi juga pada kemasan makanan anti-lemak, kosmetik tahan air, bahkan baju bayi serta jas hujan. Artinya, potensi paparan zat ini bisa datang dari berbagai sisi kehidupan sehari-hari.

Alternatif alat masak yang lebih aman selain teflon

Untuk mengurangi paparan bahan berbahaya ini, bisa mempertimbangkan alternatif yang lebih aman, seperti:

1. Stainless steel

Tahan lama, mudah dibersihkan, dan tidak melepaskan zat kimia berbahaya. Meski makanan cenderung menempel jika tidak dipanaskan dengan benar, teknik memasak yang tepat bisa mengatasi hal tersebut.

“Saat stainless steel dipanaskan dengan benar, logam akan mengembang dan menutup semua celah kecil karena logam sebenarnya berpori,” ujar Anthony Yeoh, koki sekaligus pemilik bistro Prancis, Summer Hill.

2. Cast iron (besi cor)

Favorit para chef karena distribusi panasnya merata dan tahan lama. Namun membutuhkan perawatan ekstra seperti seasoning agar tidak lengket.

3. Carbon steel

Cocok untuk memasak daging dan makanan dengan suhu tinggi. Tidak disarankan untuk masakan berbahan asam karena bisa mengubah rasa.

4. Keramik

Terbuat dari bahan anorganik seperti pasir, dianggap lebih aman karena tidak mengandung PFAS. Sayangnya, umur pakainya lebih pendek dan mudah rusak jika sering digunakan.

Teflon memang menawarkan kepraktisan tapi risiko kesehatannya tidak bisa diabaikan, terutama jika penggunaannya tak hati-hati. Paparan terus-menerus terhadap bahan kimia anti-lengket bisa berdampak pada kesuburan, kerusakan organ, hingga kanker. 

Memilih alat masak alternatif yang lebih aman serta menjaga kondisi wajan agar tidak tergores, menjadi langkah sederhana namun penting demi menjaga kesehatan jangka panjang. Yuk Bunda saatnya menjadi lebih bijak dalam memilih peralatan dapur demi masa depan yang semakin sehat.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(som/som)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *